Tiga Hal Tersulit dari Digital Marketing

Ishak Okta Sagita
3 min readOct 3, 2024

--

Photo by Diggity Marketing on Unsplash

Sebuah pertanyaan menarik datang ketika sedang melakukan wawancara kerja. Kala itu, posisi saya sebagai orang yang diwawancara.

Wawancara kerja ini mencari posisi digital marketing untuk perusahaan jasa. Seperti halnya aktivitas wawancara, ada beberapa pertanyaan yang ditanyakan. Tentu saja bukan pertanyaan “Sudah makan apa belum?”

Dari wawancara tersebut, saya selalu mendapatkan pertanyaan yang meninggalkan jejak. Syaratnya adalah pertanyaan yang belum pernah ditanyakan sebelumnya.

Pertanyaan tersebut adalah

Apa hal tersulit dari digital marketing

Sontak kaget, karena pertanyaan ini nggak pernah muncul di laman pencarian Google. Ini artinya pertanyaan emas.

Namun, karena haram hukumnya bilang tidak tahu, akhirnya saya jawab dengan apa yang saya alami.

Setelah selesai wawancara, saya menemukan ketidakpuasan diri dalam menjawab pertanyaan tersebut. Ada rasa yang mengganjal dalam jiwa yang harus dikeluarkan.

Dari sini, saya mencoba menjawab ulang pertanyaan “Apa hal tersulit dari digital marketing”

Ada tiga jawaban yang saya rangkum menjadikan posisi digital marketing terbilang sulit

1. Diferensiasi

Hal pertama yang sulit dari digital marketing adalah positioning. Apa yang membuat kamu berbeda dari orang lain.

Jawaban pragmatisnya adalah semua orang punya karakteristik berbeda satu sama lain. Dari sini saja, sudah meninjukan perbedaan daripada orang lain.

Kemudian, turunan dari pertanyaan ini adalah bagaimana menampilkan persona seorang digital marketer. Bagian ini yang tersulit.

Persona disini bukan seperti Buyer Persona yang bisa direkayasa, sebaliknya ia harus datang dari proses pencarian.

Bentuk lainnya adalah “orang sudah mengenal dirinya sendiri sebelum ketemu digital marketing.”

Tidak sedikit seorang digital marketer yang belum kenal siapa dirinya. Alhasil, gaya komunikasinya masih ngikut apa yang populer.

Ketika bicara persona, secara gak langsung udah masuk ke ranah branding.

Branding bukan hanya sekadar apa isi konten yang mau ditampilkan. Jauh sebelum itu, branding adalah aktivitas membangun persepsi di benak orang lain.

Brand adalah persepsi yang nempel di benak orang lain

Ini datang dari bapak-bapak yang merantau di New York untuk menggali panggung standup, Pandji Pragiwaksono.

2. Hardskill

Kesulitan kedua dari digital marketing adalah kompetensi. Gampangnya adalah hardskill.

Sudah banyak pembahasan terkait hardskill, namun saya mencoba menggali dari aspek lain agar terhindar dari angle gampang.

Perkembangan digital marketing berbanding lurus dengan teknologi. Gimana nggak, kan ada “digital” di dalam “digital marketing”.

Perubahan teknologi terjadi dapat terjadi secara cepat. Mulai muncul tools-tools digital marketing dengan berbagai kelebihan.

Puncaknya ketika muncul ChatGPT yang akhirnya mengubah skema permainan Digital Marketing. Gak berubah total sih, namun ChatGPT menjadi bagian yang tak terpisahkan.

ChatGPT baru satu hal, masih ada lagi skill lain yang masuk perhatian. Hal tersebut antara lain ads, content marketing, list building, SEO, content creation, copywriting, content writing, storytelling, data analytic, dan CMS, website development, dan sebagainya.

Ini belum masuk pembahasan platform digital, algoritma, serta skill digital lainnya.

Mengapa hardskill kelihatan banyak. Jawabannya karena digital marketing adalah posisi kolektif. Ia tidak bisa berdiri sendiri.

Tiang listrik aja harus dicor supaya berdiri tegak, masalah digital marketing nggak.

3. Softskill

Variabel terakhir yang membuat digital marketing itu sulit ada hubungannya dengan soft skill.

Aspek ini juga pegang krusial dalam aktvitas marketing. Alasan sederhananya adalah karena berhubungan dengan manusia.

Ini juga yang membuat pelaku digital marketer bernarasi untuk membuat konten senatural mungkin. Karena yang mengkonsumsi konten adalah manusia, bukan bungkus milo.

Salah satu contoh paling mudah adalah bagaimana mengkomunikasi gagasan dan pendekatan strategi digital marketing.

Bentuk mengkomunikasikan bertujuan untuk menjelaskan tentang metode yang dilakukan dan cara mengukurnya. Terlihat gampang ya, namun pada hakihatnya memang susah.

Susah disini dalam arti subjektif. Sebab ada kalanya lawan bicara punya pemahaman digital marketing yang berbeda dengan kamu.

Oleh karena itu, kamu punya PR dua yaitu menjelaskan digital marketing dan strategi pemasaran.

Selain tata berkomunikasi, kecendurungan lain adalah perbedaan ekspetasi. Hal ini pernah dibahas oleh Muhammad Ilman Akbar, Founder DailySEO terkait cara menyampaikan gagasan SEO.

Perusahaan memiliki tujuan mendapatkan profit jangka panjang ataupun jangka pendek. Oleh karena itu, harus ada akivitas digital untuk mendatangkan profit.

Sayangnya, ia lebih sering menemui orang SEO yang sering berkutat soal ranking. Itu tidak salah, namun akan jadi salah ketika hal tersebut masuk ditelinga perusahaan.

Ketika cuma membahas ranking, lalu tidak ada turunannya untuk mendatangkan profit. Alhasil, aktivitas SEO dianggap sia-sia.

Ceritanya akan berbeda kalau orang SEO dapat menyampaikan tujuan mendatangkan leads supaya terjadi sales. Dari sini jelas, bahwa SEO punya tujuan untuk mendapatkan nomor WhatsApp dan email customer.

Itulah tiga hal yang membuat posisi digital marketing berat. Kira-kira gimana tuh?

--

--

Ishak Okta Sagita

SEO Content Writer | Certified Impactful Writer by @impactfulwriting® | Content Producer | ishakoktasagita.com